Minggu, 13 November 2016

Tanpa Judul


Terkadang aku membenci diriku sendiri. Sangat benci. Hingga aku ingin terlepas dari jerit kata hati. Apa yang salah? Siapa yang salah? Aku tak ingin berlama-lama memendam. Hanya membuat semakin kacau. Aku bertarung melawan kekerasan diri. Mengapa dan bagaimana aku bisa begini?
Dan.. apa berhakku? Memaki yang bukan milikku. Meneriaki apa yang bukan hak-ku. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku yang salah dalam menempatkan. Aku yang salah membendung pengharapan. Aku yang salah terlalu meminta. Aku yang salah karena keterlaluan menyikapi. Aku.. aku.. kini hanya pengakuan semu. Sejatinya aku yang membuat semakin kacau hingga segan sampai terkembangbiakkan. Hingga kejujuran hanyalah sebuah simbolis. Hingga diam adalah akhir dari pernyataan.. Hingga aku kian terasingkan.
Sudahlah, biarkan kini kan ku lepas. Memiliki hanya sebatas mimpi. Mengharapkan adalah kepalsuan. Aku yang salah. Maafkan diri yang seakan rapuh tiada arti. Menyekat jalan antara pilihan. Mengucap kata yang tak kunjung terartikan. Aku.. aku.. apa kemauanku?
Cukup sudah. Menerima adalah perasaan yang tak bersalah. Saatnya menepis segala rasa gundah. Sekian tanya telah terjawabkan. Nyata bertarung melawan angan. Ada rasa yang terasingkan. Ada kasih yang tak terpilih. Biarlah.. Biarkan kali ini memaki diri. Mengapa sampai kosong terciptakan? Mengapa hati seakan mati? Aku yang salah..
Kenyataan aku yang menciptakan. Aku yang memberatkan. Aku yang sungguh geram melawan. Dan.. maafkan. Maafkan aku yang kehausan akan penjelasan. Maafkan tanya yang tak kunjung terkendalikan. Maafkan..
Hanyalah aku diri yang tanpa malu. Hadir menerkam kehidupan. Membuat sekat semakin tak terlihat. Aku sungguh ingin memaki diriku sendiri. Melalui apa dan entah bagaimana? Aku yang seakan terjun dalam kekosongan. Aku.. aku.. aku.. sungguh menyesalinya.
Sekarang.. Akan kusiapkan penerimaan yang terhebat. Akan kusiapkan penataan hati kembali. Akan kusiapkan jernih penglihatan. Akan ku cabut kuat keinginan. Akan ku asingkan tangan menuliskan. Tentang sajak yang kian bertepi..
Aku sekarang memahami. Menantikan tak layak dicurahkan. Menjemputpun seakan tak berkawan. Aku yang telah menyalahi aturan. Kesalahan telah tercipta dalam pengorbanan. Maafkan.. maafkan untuk yang ke sekian kalinya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar