Kamis, 18 April 2013

Peran Dakwah Muslimah di Era Kenabian

Peran dakwah muslimah pada zaman Nabi Muhammad SAW bisa belajar dari istri-istri Nabi, shohabiyah dan putri Rosulullah. Salah satu putri Rasulullah yang teguh dalam menjalankan dakwahNya adalah Zainab binti Rasulullah SAW. Kita bisa mengambil banyak ibroh dalam cerita perjalanan dakwah Zainab tersebut.

Zainab merupakan putri pertama dari istri pertama Rosulullah. Zainab berwajah ayu dan sholihah tentunya. Diceritakan, beliau selalu memegang teguh sifat-sifat baik Ayahnya. Saat Zainab lahir, Nabi Muhammad belum diangkat menjadi Rosul.
Suatu ketika Zainab dilamar oleh Abul Ash ibn Rabi’. Beliau merupakan putra dari bibinya yang bernama Hâlah binti Khuwalid (saudari Khadijah). Karena Zainab sudah mengenal baik keluarga Abul Ash ibn Rabi’, maka lamaranpun diterima dan akhirnya keduanya menikah.
Setelah menikah, Zainab tiggal berdua di rumah suaminya. Dia menjalani bahtera rumah tangganya dengan baik. Beliau selalu melayani suaminya dengan bijak dan sabar. Oleh karena itu, keduanya hidup bahagia dan penuh rasa kasih. Ditambah lagi dengan karuani Allah, Zainab mempunyai 2 anak yang diberi nama ‘Ali dan Umamah.
Suatu ketika, Abul Ash ibn Rabi’ melakukan perjalananan untuk berdagang dan Zainab ditinggal di rumah sendirian. Akhirnya Zainab memutuskan untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Alangkah kagetnya dia, mengetahui bahwa Ayahnya, Muhammad bin Abdullah telah diangkat menjadi Nabi. Zainab kaget bercampur rasa bahagia mengetahui kabar tersebut. Akhirnya Zainab mengikuti ajaran yang dibawa Ayahnya, yakni dengan masuk agama Islam. Agama Allah yang paling mulia sepanjang masa.
Kemudian, setelah pulangnya Abul Ash ibn Rabi’ dari berdagang, Zainab menceritakan kabar gembira tersebut. Dengan sangat semangat Zainab memberitahu bahwa telah datang ajaran yang benar yang dibawa oleh Ayahnya. Zainab sangat berharap suaminya akan mengikutinya masuk agama Islam. Namun, kandas sudah kegembiraan Zainab karena suami tercintanya tidak mengikutinya masuk agama Islam. Suaminya, lebih menghargai tuntunan nenek moyangnya. Dalam Islam telah diatur bahwa pasangan yang berbeda iman tidak boleh bersama. Akhirnya keduanyapun berpisah. Zainab kembali tinggal bersama Ayah dan Ibunya. Sebenarnya Zainab sangat sedih dan menyayangkan hal tersebut. Mengapa suami tercintanya belum bisa masuk Islam?? Namun, Zainab selalu berdo’a pada Allah agar suami tercinya tersebut suatu saat akan mengikrarkan dirinya pada Islam.
Suatu ketika, terjadilah perang Badar. Perang antara kaum muslimin dan kaum Quraisy di Madinah. Pada saat itu suami Zainab, Abul Ash ibn Rabi’ ikut memerangi Ayahnya. Mengetahui kabar tersebut, Zainab yang berada di Makkah merasakan takut. Namun pada akhirnya, Rosulullah bersama umat muslim rombongannya memenangkan perang tersebut. Zainab sangat gembira mengetahuinya. Entah mengapa kegembiraan Zainab ternyata berujung duka juga. Suaminya tertahan oleh kaum muslimin dan untuk  mengeluarkannya harus ada tebusan yang mahal. Karena tidak tega melihat suaminya tertahan, Zainab mengutus adik suaminya untuk mengunjungi kakaknya dan membebaskannya dengan kalung dari batu Onyx Zafar pemberian ibundanya tersayang, Khodijah. Padahal kalung tersebut sangat berharga bagi Zainab. Namun dia mampu memberikannya untuk tebusan suaminya. Rosulullah yang mengetahui hal tersebut pada akhirnya menyuruh umat muslim agar membebaskan Abul Ash ibn Rabi’ dan megembalikan kalung Zainab tersebut. Rosulullah teringat kembali istri tercintanya Khodijah yang sudah meninggal kala itu.
Walau Zainab telah memperjuangkan suaminya bebas, namun Abul Ash ibn Rabi’ tetap bersikukuh mengikuti ajaran nenek moyangnya. Akhirnya Zainab mengikuti Rosulullah berhijrah ke Madinah dan benar-benar berpisah dengan suaminya. Zainab tetap berharap suatu saat nanti suaminya akan terbuka hatinya.
Enam tahun sudah Zainab bersama umat muslim hijrah di Madinah. Sudah lama juga Zainab berpisah dengan suaminya. Namun, Zainab masih setia pada suaminya dan tidak menikah lagi. Pun sama dengan suaminya. Pada suatu ketika Abul Ash ibn Rabi’ pulang berdagang dari Syam menuju ke Makkah melewati Madinah besama rombongannya. Dalam perjalanan melewati Madinah mereka dihadang oleh pasukan gerilya Rosulullah dan pada akhirnya seluruh harta bawaan termasuk onta-onta di tahan oleh umat muslim. Namun, Abul Ash ibn Rabi’ dapat meloloskan diri dengan bantuan perlindungan dari istri tercintanya Zainab. Semua harta orang-orang Quraisy rombongan Abul Ash ibn Rabi’ akhirnya dikembalikan dan Abul Ash ibn Rabi’ juga akhirnya menyatakan diri masuk Islam dengan berucap syahadat.
Zainab sangat bahagia dengan masuk Islamnya suami tercintanya. Keluarga Rosulullah juga telah menunggu kedatangan Abul Ash ibn Rabi’ sebagai menantunya. Ternyata tidak sia-sia perjuangan dakwah Zainab terhadap suaminya tersebut. Dan Alhamdulillah perjuangan itu berbuah manis dengan kembalinya Abul Ash ibn Rabi’ menjadi suaminya. Cinta mereka dipersatukan kembali oleh iman. Iman yang indah karena Islam menaunginya. J
Jadi, dari sedikit cuplikan cerita dakwah Zainab tersebut, dapat diambil ibroh tentang prinsip dakwah Zainab binti Muhammad SAW, bahwa dalam berdakwah harus:
1.              Memiliki kesabaran dan keikhlasan
2.              Memberikan keteladanan
3.              Memberikan perhatian dan pertolongan
4.              Taat kepada tuntunan (Perintah Allah dan Rasulullah)
(Surat ali-Imron:104)

Semua umat muslim wajib berdakwah, tak terkecuali wanita J
Berdakwalah selagi raga masih hidup dan semangat yang tak bakal kunjung surut!! :) hamasah Girls! :) 


Lantai 2 Masjid NH, 18 April 2013
Pembicara : mbak Umi (alumni FKIP UNS, Pendidikan Ekonomi)
Read More..