Assalamu’alaikum…
Pernahkah
kau merasa kehilangan? Kehilangan seseorang yang kau sayang? Seseorang yang
pernah kau miliki.. atau yang belum pernah kau miliki? Atau... seseorang yang
tak akan pernah kau miliki?
Ketika
kita mampu berfikir ulang, sejatinya takkan ada seseorang yang layak kita
miliki. Walaupun itu terjadi pada orang-orang yang kita sayang. Siapa kita? Hanya
Allah pemilik jiwa-jiwa yang menggantungkan diri PadaNya. Hanya Allah yang
berhak memiliki diri kita, pun pada orang yang kita sayang.
Bagaimana
jika Allah terlalu mencinta pada orang tersebut? Ikhlaskah kita untuk
menerimanya? Ikhlaskah kita melepaskannya? Ikhlaskah kita mengembalikannya? Mengembalikan
hanya kepada Allah SWT, Dzat tempat kembali. Tentunya kembali dalam keadaan
terbaik, sama seperti saat orang tersebut dilahirkan ke dunia.
Inilah
yang terjadi pada seorang adik kecil yang sangat Allah cinta. Allah sangat
mencintainya sehingga Dia inginkan kembali jiwa tersebut. Allah ingin lebih
dekat bersamanya hingga Jannah insyaAllah menjadi hadiah terindah untuk adik
tersebut. Jika aku ditanya, apakah adik tersebut seseorang yang ku sayang? Yang
layak aku tangisi? Yang layak aku rindukan? Yang layak aku do’akan? Akupun tak
punya jawaban pasti. Dia bukan saudara kandungku, diapun bukan teman dekat, ataupun
putra atau adik dari teman atau keluarga dekat. Dia lahir dalam rahim berbeda
denganku. Mungkin jika ada seseorang mengatakan aku bukan siapa-siapanya,
mungkin itu benar adanya. Aku memang bukan siapa-siapanya. Karena mengenalnyapun
hanya sekali. Itupun hanya sebatas nama dan sedikit cerita penyakit yang dia
alami. Karena melihat sosoknyapun hanya sekali. Hanya sekali juga menyapanya. Sekali
juga menghiburnya. Sekali juga ku pegang wajahnya, ku pegang tangannya.. hanya
sekali :'(
Namun,
entah mengapa.. ku rasakan ada yang kosong dalam perasaan ketika ku putar memori
kembali saat berkesempatan menghiburnya. Saat ku pandangi lagi foto kenangannya
yang masih tersisa. Saat aku memberikan biskuat dan susu di bangsal tempat dia
berbaring, kemudian dia bilang,”Sudah dapat mbak.. sudah dapat tadi.” Ada rasa
perih dalam hati. Ada rasa kuat keinginan untuk bisa mengingat kembali bagaimana
raut wajahnya saat itu.. bagaimana? Aku pupus tak mengingatnya.. T.T
Allah,
ada rasa ingin mengulang kembali saat-saat aku bisa menghiburnya. Walaupun dia
adalah anak yang paling diam saat itu, tak menghalangi semangatku untuk
membuatnya ikut dalam atmosfer kebahagiaan bersama. Entah apa yang dirasakannya
saat itu. Sakitkah? Atau malukah? Atau? Namun aku percaya dia mendengar. Mendengar
semua hiburan dari mbak-mbak dan mas-mas. Aku percaya.. ketika matanya masih
tertuju padaku saat ku ceritakan kisah Nabi Yunus.
Allah..
adik kecil, yang masih ku ingat benar namanya “Rasyid” insyaAllah kembali
kepadaMu dalam keadaan terbaiknya. Saat dia sedang berjuang melawan
penyakitnya. Saat setelah dia menjalani operasi tumor ginjal. Saat kurang dari
1 Minggu setelah Allah memberi kesempatanku untuk bertemu dengannya. Saat dia telah berkenan mewarnai salah satu hariku yang
bermakna. Saat dia yang telah ikut merangkai sajak kehidupanku. Siapa yang tega
melihat anak yang masih kecil menderita penyakit yang cukup parah itu? Mendengarpun
sejatinya ingin ku tangkis. Namun, apalah yang bisa kita perbuat? Ketika Allah
telah menetapkan, maka “Kun Faya Kun”. Semuanya tergantung pada kehendakNya dan
pastilah ada Ibrah dibaliknya.
Kini,
hanya do’a yang bisa ku panjatkan padaMu. “Allaahummaghfirlahu Warhamhu
Wa'aafihii Wa'fu Anhu”... “Wahai Allah, ampunilah, rahmatailah, bebaskanlah dan
lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah dia. Aamiin ya Robbal’alamiin..
Sejatinya.. tak ada yang bisa menjamin
panjang umur seseorang. Sampai kapan dia bisa hidup di dunia. Sebanyak apa amal
seseorang. Sebaik apa akhlaq seseorang. Pun sejatinya keimanan seseorang tak
ada yang bisa menjaminnya. Apakah kita akan muslim selamanya? Siapa yang bisa
menjamin? Hanya melalui tekad kuat beribadah dan menjalankan semua perintahNya.
Selalu kembali kepada Allah dalam hal apapun. Selalu iringi asma Allah disetiap laku dan lesan kita. insyaAllah, Allah tak akan meninggalkan kita. Bismillah..
bi idznillah.. “maka jadilah sebaik-baik
kepribadian yang mampu menjaga keimanan”
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Wassalamu’alaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar